6.2.10

Belajar dari Ikan


“Menurut Nak Mas, apa yang menarik dari ikan-ikan ini….?” Tanya Ki Bijak sambil memperhatikan ikan koi yang berwarna sangat indah.

Muala nampak lebih serius memperhatikan ikan yang ditunjukan gurunya, “Warnanya ki…, warna ikan ini sangat indah, merah menyala, serta putih keperakan, sungguh sebuah kesempurnaan ciptaan Allah swt……” kata Maula.

“Maha Suci Allah yang telah menciptakan ikan ini dengan segala keindahan dan hikmahnya……” Kata Ki Bijak lagi.


“Keindahan dan hikmah dari penciptaan ikan ki….?” Tanya Maula

“Benar Nak Mas, ikan ini indah, sangat menarik untuk dilihat, tapi dibalik keindahannya, juga menyimpan pelajaran yang sangat besar bagi mereka yang mau memperhatikanya……”Kata Ki Bijak lagi.

Maula masih diam, menunggu kelanjutan pelajaran dari gurunya.

“Hikmah atau pelajaran pertama dari ikan ini adalah keistiqomahannya untuk senantiasa hidup diair….., Nak Mas pernah lihat ikan naik kedarat….?” Tanya Ki Bijak.

“Tidak pernah ki….” Kata Maula pendek.

“Nak Mas tahu kenapa ikan tidak pernah naik kedarat…?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Karena ikan tidak bisa hidup tanpa air ki…..” Kata Maula.

“Benar…, ikan tidak akan bisa hidup tanpa air, selain juga karena ikan bisa mendapatkan segalanya diair, ikan mendapatkan makanan, ikan mendapatkan kebebasan, mendapatkan tempat untuk tumbuh dan berkembang, singkatnya ikan mendapatkan kehidupannya diair……..” Kata Ki Bijak.

“Lalu Ki…..?’ Kata Maula penasaran.

“Jika ikan tidak bisa hidup tanpa air, maka kita yang mengaku sebagai orang Islam, tidak akan bisa hidup tanpa al qur’an dan sunnah Rasul_Nya…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Orang islam tidak bisa ‘hidup’ tanpa al qur’an dan sunnah Rasul_Nya..? Kenapa Ki….?’ Tanya Maula.

“Karena al qur’an dan sunnah adalah ‘air kehidupan’ bagi kita…..maka barangsiapa yang istiqomah untuk menjalani kehidupannya dalam lingkungan al qur’an dan sunnah, insya Allah ia akan hidup, tumbuh dan berkembang dengan baik……..”

“Sebaliknya, barang siapa yang meninggalkan al qur’an dan sunnah, maka ia layaknya ikan yang meninggalkan air sebagai tempat dan habitat hidupnya, orang semacam ini niscaya akan mengalami ‘kematian’ dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama……” Papar Ki Bijak.

Tak pelak Maula segera memperhatikan ikan-ikan itu lagi, ia membayangkan betapa menderitanya ikan-ikan ini ketika ikan tidak berada dalam air, jangankan ikan koi yang sekecil ini, ikan hiu yang terganas sekalipun, atau ikan paus sebesar apapun, niscaya mereka akan mengalami kematian jika mereka meninggalkan air.

“Nak Mas mengerti yang Aki maksudkan…..?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki……, terlepas dari jenis ikan apapun, yang namanya ikan, pasti harus hidup diair, kalau tidak, maka ikan itu akan mati…..” Kata Maula.

“Pun dengan kita yang mengaku orang Islam, terlepas dari siapapun, dimanapun, kapanpun, jabatan apapun yang disandangnya, posisi apapun yang didudukinya, title dan gelar apapun yang diraihnya, ketika mereka menjauh dari al qur’an, niscaya mereka akan mengalami ‘kematian dini’…..” Kata Ki Bijak.

“Sedemikian penting arti dan peran al qur’an dan sunnah bagi kehidupan seorang muslim ya ki…..?” Kata Maula.

“Bahkan teramat penting Nak Mas, karena al qur’an adalah ‘ruh’ bagi kehidupan itu sendiri….” Kata Ki Bijak.

“Al Qur’an sebagai ruh kehidupan ki…?” Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan surat As-syura; 42.52 ini…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;

52. Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

“Allah mensifati Al qur’an sebagai ruh, dan sebagaimana jasad ini yang hanya akan bergerak, yang hanya akan hidup dengan adanya ruh didalamnya, maka al qur’an adalah ruh bagi jiwa kita, bagi bathin kita, bagi hati kita untuk ‘hidup penuh makna’ dengan mengenal siapa Rabbnya, agar kita bisa mengabdi kepada Allah dengan ilmu dan bashirah, bertakwa dan bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dengan penuh cinta, dengan rasa takut dan takjub dengan penuh keikhlasan, dan ini hanya mungkin dilakukan oleh hati yang hidup, hati yang didalamnya ada ruh al qur’an……” Tambah Ki Bijak.

Maula manggut-manggut menyimak penuturan gurunya;

“Selain itu, kenapa kita harus senantiasa hidup dalam naungan al qur’an dan sunah adalah karena al qur’an adalah petunjuk jalan menuju keselamatan, menuju kemenangan, menuju ridha Allah swt………” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat pertama dan kedua dari surat Al Baqarah;



1. Alif laam miin[10].

2. Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],


“Alangkah nekatnya seseorang yang menjalani kehidupannya tanpa sebuah petunjuk yang pasti, sekalipun mata mereka terbuka, sekalipun telinga mereka mendengar, mereka yang menjalani kehidupannya tanpa petunjuk yang jelas, niscaya mereka akan kebingungan kearah mana mereka harus menuju, menjalani kehidupan tanpa petunjuk al qur’an adalah sebuah kebodohan terbesar dalam kehidupan seseorang……” kata Ki Bijak lagi.


“Iya ki…ana mengerti, kadang ana juga merasa aneh, banyak orang berdoa; ya allah tunjuki kami jalan yang lurus’, tapi mereka sama sekali tidak pernah membaca dan mempelajari al qur’an, padahal disanalah petunjuk jalan lurus itu ya ki….” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula, “Semoga kita dijadikan Allah kedalam kelompok orang yang senantiasa membaca dan mempelajari al qur’an ya Nak Mas….” Kata Ki Bijak.

“Kemudian, alas an lain kenapa kita selaku muslim harus senantiasa berdampingan dan sejalan dengan al qur;an adalah karena al qur’an adalah cahaya, penerangan dalam gelapnya gulita kehidupan, sebagaimana ayat 52 surat As-syura tadi; ……..tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami….’.

“Nak Mas pernah berjalan ditempat asing dalam keadaan gelap gulita tanpa cahaya dan penerangan apapun….? Tanya Ki Bijak kemudian.

“Pernah Ki, ketika disekolah dulu, dalam kegiatan pramuka, kami disuruh untuk menjelajah didaerah asing yang gelap gulita, sangat gelap, sehingga banyak diantara kami yang kakinya luka karena terantuk bebatuan atau akar pohon yang tidak kelihatan…….” Kata Maula.

“Tidak berlebihan rasanya kalau Aki mengibaratkan orang Islam yang menjalani kehidupannya tanpa al qur’an dan sunnah seperti orang yang berjalan didalam gelap gulita tanpa penerangan sama sekali, sangat berbahaya….., dia sangat mungkin terantuk kerikil kehidupan disepanjang jalan, dia sangat mungkin tersandung, dia sangat mungkin tersesat,dan bahkan dia sangat mungkin masuk jurang kehancuran karena kenekatannya menjalani hidup tanpa cahaya al qur’an…….” Kata Ki Bijak lagi.

Maula meresapi penuturan gurunya, “Iya ya ki….nekat sekali orang islam yang menjalani kehidupannya tanpa al qur’an……” Kata Maula.

“Selain sebagai ruh, sebagai petunjuk, dan sebagai cahaya, adakah fungsi lain dari al qur’an bagi keselamatan hidup kita ki….?” Tanya Maula.


“Dengan Al qur’an kita hidup, dengan al qur’an kita mendapat petunjuk, dengan al qur’an kita mendapatkan cahaya, dengan al qur’an pula kita bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, sebagaimana Allah menyifati al Qur’an sebagai al furqan, sebagai pembeda seperti dalam salah firman_Nya dalam Surat An Anfal:29;

29. Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
[607] artinya: petunjuk yang dapat membedakan antara yang Haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan.

“Dunia ini penuh dengan warna-warni yang beragam, dunia ini penuh tipu muslihat yang mengecoh, mata dhahir kitas lebih sering tertipu dan tidak dapat membedakan mana haq dan mana yang bathil, hanya dengan al qur’anlah keremangan itu menjadi jelas dan nyata sehingga kita tidak terjebak kedalam kesalahan karena kebodohan kita….” Tambah Ki Bijak.

“Ana mengerti ki……” Kata Maula.

“Alas an lain kenapa kita harus hidup dengan dan didalam lingkungan al qur;an adalah karena al qur’an adalah dialah (al qur’an) yang dijadikan Allah sebagai penawar, sebagai obat, sebagai penyembuh dari berbagai penyakit yang ada didalam dada……; kalau sekarang ini banyak orang depresi, banyak orang frustasi, banyak orang stress, bahkan tidak jarang orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, salah satu faktornya menurut hemat Aki adalah karena kejauhan mereka kepada Al Qur’an….., sementara Allah dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa Al qur’anlah penawar segala depresi, segala stress, segala kegundahan…….” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an Surat Yunus ayat 57;

57. Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

“Iya Ki…., Maha Suci Allah yang telah menurunkan al qur’an; ya Allah jangan pernah palingkan hamba dari Al qur’an, jadikanlah Al Qur’an sebagai ruh dalam setiap gerak kehidupan hamba, jadikan al qur;an dan sunnah rasul_Mu sebagai satu-satunya petunjuk langkah hamba, jadikan cahaya al qur’an sebagai penerang jalan hamba, jadikan al qur’an sebagai pembeda bagi hamba, dan jadikan al qur;an sebagai penawar dari segala penyakit dan duka hamba, ya Rahman hanya kepada_Mu hamba menyembah, dan hanya kepada_Mu hamba mohon pertolongan……,amiin…..” Maula memanjatkan doa.


“Amiiin….” Ki Bijak mengamini.

0 jejak sahabat:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...