20.1.11

Belajar Dari Cara Berpakaian

sumber gbr : hamiasraff.blogspot.com
"Kenapa ki..? Tanya Maula heran, demi melihatnya dengan tersenyum penuh arti."


Masya Allah, Nak Mas kelihatan tampan sekali dengan setelan ini...." Kata Ki Bijak.


Maula tersenyum malu mendengar pujian gurunya, “Ini baju lama ki, hanya ana jarang mengenakannya….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, tapi memang padanan yang Nak Mas kenakan itu pantes sekali, warna dan coraknya sangat harmonis, antara atasan dan bawahan yang sangat serasi……, 

“Dan seandainya keserasian dan keharmonisan seperti ini terjadi dalam kehidupan kita, niscaya kita akan mendapati indahnya kebersamaan……” Kata Ki Bijak, seperti biasanya menggunakan kiasan dalam menyampaikan sebuah nasehat pada Maula; dengan harapan apa yang disampaikannya bisa mengena dan berkesan dalam pada diri Maula, sehingga muridnya itu dapat mengaplikasikan nasehat yang disampaikannya.

“Ana masih belum mengerti ki….” Kata Maula.

Ki Bijak kembali memperhatikan setelah baju dan kain yang dikenakan Maula;

“Nak Mas perhatikan baju dan kain yang Nak Mas kenakan ini…., baju dan kainnya memiliki keharmonisan, warnanya penuh keserasian, perpaduan yang sangat indah, saling mengisi dan saling melengkapi…..,

“Pun dalam kehidupan keseharian kita Nak Mas, misalnya ditempat kerja atau kantor Nak Mas, betapa indahnya jika atasan (manager) dan bawahan (staf), bisa bersinergi, bisa saling mengisi, bisa saling menopang, saling hormat menghormati,saling menunjang, memiliki kesamaan visi, memiliki kesamaan pandangan, memiliki kesamaan tujuan, niscaya keharmonisan kerja akan terbangun dengan baik…..”

“Lain halnya jika baju yang Nak Mas kenakan ini, dipadankan dengan warna lain, misalnya atasananya terlalu terang, terlalu mentereng, atau terlalu ngejreng dalam bahasa anak muda sekarang, sementara bawahannya gelap, maka padannan seperti ini  akan menampilkan citra yang berbeda dari yang nampak sekarang….”

“Pun dalam kehidupan keseharian kita, jika atasan hanya mau menang sendiri, jika atasannya bergaya otoriter, jika atasan tidak mau mengerti kesulitan dan keadaan bawahannya, maka yang akan terjadi adalah ‘perlawanan’ dari para bawahan, yang pada gilirannya, akan memudarkan keindahan sinergi dalam bekerja…….”

“Atau sebaliknya, kalau hanya atasannya saja yang baik, tapi bawahannya bekerja sendiri-sendiri, tidak mengindahkan perintah atasan, tidak mau berkomunikasi, tidak mau bekerja sama, maka yang akan terjadi adalah kesemrawutan dalam pekerjaan……..” Kata Ki Bijak menjelaskan.

Maula manggut-manggut setelah mengerti apa yang dimaksudkan gurunya; “Iya ya ki…., kalau atasan hanya bisa main perintah, hanya bisa menyalahkan bawahan, tidak mau bertanggung jawab, seperti baju yang robek ya ki….., pasti tidak akan kelihatan indah….” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, karena seorang atasan harusnya mampu menutup ‘aurat’ dan aib apapun yang terjadi dibawah arahannya, ketika bawahan melakukan kesalahan, maka kewajibannyalah untuk ikut bertanggung jawab dan memperbaikinya, bukan justu menguak kesalahan anak buahnya lebih lebar, karena mengorek kesalahan bawahan, sama artinya dengan membuka aibnya sendiri…….” Kata Ki Bijak.

“Pun bawahan, mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik dirinya, nama baik teman-temannya, nama baik atasannya, bahkan juga harus menjaga citra dan nama baik department dan perusahaannya……, tidak bisa kemudian seorang bawahan berfikiran sempit, dia hanya berfikir yang penting dia kelihatan kerja, yang penting kerjaan dia selesai, tanpa mengindahkan teman dan atasannya, ini juga salah, hal ini juga tidak akan membuat suasana kerja berjalan harmonis, persis seperti setelan baju dan kain yang tidak selaras…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Waah…., Aki seperti seorang designer handal…., ana setuju ki, baik itu setelan pakaian atau pun ‘setelan’ pekerjaan, dibutuhkan padanan yang harmonis, yang serasi, yang saling mengisi dan menunjang, sehingga menampilkan citra keindahan yang enak dipandang ya ki…..” Kata Maula.

“Ya, seperti padanan yang Nak Mas kenakan ini, terlepas dari siapapun yang melihatnya, padanan seperti ini memang indah dan pantas untuk dilihat dan dipandang……, dan memang seharusnya pakaian seperti inilah yang kita kenakan ketika kita hendak menghadap Allah……, bukan sembarang pakaian, yang kadang asal saja, pakai kaos oblong, pakai jelana jeans belel, rasanya tidak patut kalau kita menghadapa Dzat yang telah menciptkakan kita dengan kondisi seperti itu…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, kalau mau ketemu pejabat saja, kita mesti pakai pakaian yang bagus, kenapa justru ketika hendak bertemu Allah kita mengenakan pakaian ala kadarnya, padahal kalau ke undangan atau kepesta, pakaian yang dikenakan bagus-bagus………..” kata Maula menambahkan.

“Sikap seperti itulah yang harus kita ubah Nak Mas, tidak ada larangan mengenakan pakaian yang bagus untuk bertemu pejabat, tidak ada pantangan untuk mengenakan pakaian mahal ketika pergi undangan, pun seharusnya kita akan lebih berhati-hati dalam memilih dan mengenakan pakaian ketika kita hendak menghadap Allah, karena selain masalah etika kita kepada Allah, berpakaian dengan baik ketika kita kemasjid adalah sebuah perintah Allah yang mestinya kita jaga dan kita junjung tinggi…..” Kata Ki Bi Bijak sambil mengutip ayat Al qur;an:

"Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepada kalian Pakaian untuk menutup aurat kalian dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Alloh, Mudah-mudahan mereka selalu ingat". (QS. Al A'raaf [7]: 26)
"Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raaf [7]: 31)

“Subhanallah, betapa sempurna ayat-ayat_Mu ya Rabb……; terima kasih Ki,semoga ana bisa senantiasa mengenakan pakaian dhahir terbaik dan pakaian taqwa juga yang terbaik ya ki….” Kata Maula.

“Insya Allah Nak Mas……” Kata Ki Bijak.

0 jejak sahabat:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...